Kalau cuma menilik namanya orang tentu akan heran apa hubungannya Kenya (sebuah negara di Afrika) dengan sendang (mata air) ini. Pertanyaan tersebut akan terjawab jika anda mengetahui asal-usul dari nama tersebut yang ternyata tidak ada hubungannya dengan negara Kenya. Lebih dari itu, jika melihat sejarahnya gua Maria Sendang Ratu Kenya ini punya sejarah istimewa yang membuatnya sangat unik diantara lokasi gua Maria lainnya.
Di banyak negara, dimana ibu Maria menampakkan diri sering dia minta supaya dibangun sebuah tempat doa, seperti misalnya di Lourdes atau Fatima. Tempat-tempat itu kemudian menjadi tempat-tempat ziarah yang ramai dikunjungi umat Katolik. Di tanah air kita Indonesia juga banyak tempat doa, kemana umat pergi berziarah. Tempat-tempat itu semuanya merupakan tiruan tempat doa Lourdes atau Fatima, dan didirikan berdasarkan inisiatif pastor dan umatnya. Tetapi kini di Indonesia juga sudah ada tempat doa yang didirikan berdasarkan permintaan ibu Maria, yaitu "Tempat Doa Hati Ibu Yang Bahagia" di Paroki Danan, Giriwoyo. Tempat doa itu merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari Gua Maria, Kapel dan lokasi Jalan Salib. Tempat doa ini sesungguhnya telah ada sejak tahun 1959 dan dikenal dengan nama ”Gua Maria Sendang Ratu Kenya”.SejarahNama lama tempat itu adalah Sendang Growong (mata air dengan gua) yang memang sebelumnya berupa tempat pertemuan beberapa aliran air dalam tanah, tetapi lalu tertutup oleh longsor besar karena gempa, kemudian akhirnya berkembang menjadi tempat yang dikeramatkan. Letaknya kira-kira 80km baik dari Jogyakarta ke arah timur lewat Wonosari dan Pracimantoro maupun dari Solo ke arah selatan lewat Wonogiri. Tempat itu tadinya terkenal angker, karena kuasa kegelapan (roh jahat) bertahta disitu. Seorang tokoh setempat meminta umat Katolik yang jumlahnya baru beberapa orang, untuk berbuat sesuatu guna mengusirnya dari tempat itu. Karena itu seorang katekis (Petrus Suherman) bersama beberapa orang katekumen mengadakan Doa Novena Rosario. Pada hari keenam Novena, ketika mereka sedang berdoa, timbul suara gemuruh lalu dari gua tersebut keluar sebuah bola api, lambang Lucifer, kepala kuasa kegelapan disertai dengan jeritan dan tangisan. Kejadian tersebut disaksikan oleh penduduk setempat yang ikut menyaksikan kegiatan doa Novena. Sejak saat itu tempat tersebut tidak angker lagi.Oleh Romo Purwodiharjo. Pr, pastor paroki Baturetno (stasi Danan waktu itu masih bagian dan paroki Baturetno), tempat itupun dijadikan tempat doa untuk menghormati St. Perawan Maria. Di Gua Kecil di atas sendang ditempatkan sebuah patung St.Maria, hasil karya umat setempat, dan dipersembahkan kepada St. Perawan Maria dengan nama Sendang Ratu Kenya (Ratu Perawan), sebab Santa Perawan Maria dengan kuasa Allah telah berhasil mengalahkan dan mengusir kuasa kegelapan dan tempat itu. Tapi sayangnya, karena letaknya terpencil tempat ini hanya dikenal oleh umat lokal saja. Jaraknya dari gereja paroki saat itu (St.Yusuf, Baturetno) sekitar 9km, terletak antara Giriwoyo (nama yang berarti Bukit Wahyu) dan Giritontro di desa Ngampohan. Gereja Stasi St.Ignatius Danan terletak kurang lebih 500m dari Sendang Ratu Kenya, arah ke Giritontro, di desa Danan. (Sejak 24 Agustus 1998 resmi menjadi paroki). Karena letaknya yang sukar dicapai tempat ziarah inipun tidak terawat dengan baik.Pengembangan gua Maria ini selanjutnya tidak terlepas dari upaya keras dan sungguh-sungguh dari Kelompok Pelayanan kasih dari Ibu Yang Bahagia. Kelompok ini dibentuk bulan Mei 1995 yang berasal dari kelompok doa pimpinan ibu Agnes Sawarno seorang ibu rumah tangga biasa yang lahir di Kisaran (Sumatera Utara) tahun 1946. Ibu ini yang nama aslinya Nuraini Supriyatini melalui perjalanan rohani yang panjang dan berat kemudian membentuk Kelompok Pelayanan kasih dari Ibu Yang Bahagia sebagai wujud pengabdiannya melayani umat seperti yang ditunjukan dan diperintahkan oleh Bunda Maria, ibu Yesus. Ibu Agnes adalah orang biasa yang diberi kuasa oleh Allah untuk menurunkan perkataan-perkataan Ibu Maria. Melalui Ibu Agnes dalam banyak pertemuan-pertemuan kecil kelompok itu sebelumnya, ibu Maria menurunkan perkataan, nasehat, nubuat dan sebagainya. Semua perkataan itu kemudian dicatat dan dibukukan oleh kelompok kecil itu, salah satu perkataan dari ibu Maria adalah perintah untuk mengembangan tempat doa yang sudah ada (gua Maria Ratu Kenya). Segala kesaksian dan perjalanan rohani ibu Agnes berserta kegiatan Kelompok Pelayanan kasih dari Ibu Yang Bahagia bisa dilihat di http://www.hatiibuyangbahagia.com, disitu anda juga bisa membaca berbagai kontroversi yang menyertai kesaksian ibu Agnes. Otoritas Gereja Katolik menggolongkan kejadian tersebut sebagai wahyu pribadi dan menyikapinya secara bijaksana meskipun ada juga kontroversi.Pada kunjungan sosial Kelompok Pelayanan kasih dari Ibu Yang Bahagia ke stasi Boto, Paroki Baturetno, bulan September 1995, umat Katolik setempat mengantar para anggota kelompok tersebut ketempat itu untuk berdoa. Pada kesempatan itu ibu Maria lewat perantaraan ibu Agnes menyampaikan pesan agar tempat doa tersebut diperbaiki dan diperindah, karena ibu Maria memilihnya untuk menjadi tempat doa pemberiannya bagi anak-anaknya di Indonesia. Bahkan kemudian ibu Maria memberikan nama yang indah, melalui pesannya pada tanggal 8 Juni 1996 yaitu “Tempat Doa Hati Ibu Yang Bahagia”.Pembangunan dimulai dan diawali dengan Perayaan Ekaristi dan doa di tempat tersebut bersama anggota Kelompok Pelayanan Kasih dari Ibu Yang Bahagia, pada tanggal 27 April 1996. Lebih dan 1000 orang hadir pada waktu itu. Dihitung dan pesan pertama ibu Maria tentang pembangunan itu berarti pelaksanaannya baru terjadi tujuh bulan kemudian. Hal ini disebabkan karena pada umumnya para anggota Kelompok Pelayanan Kasih dari Ibu Yang Bahagia terdiri dan para pegawai dan swasta kecil, yang tidak punya banyak uang lebih. Ketika kemudian penggalangan dana tersendat lagi, ibu Maria memperingatkan lagi (lewat ibu Agnes) supaya pembangunan diteruskan dan harus sudah selesai sebelum tahun 1997 berakhir. Rupanya ibu Maria sudah mafhum bahwa akan terjadi krisis ekonomi di Indonesia. Ibu Maria memberi nama baru untuk seluruh kompleks doa yang akan dibangun disitu, "Tempat Doa Hati Ibu Yang Bahagia", karena ibu Maria ingin datang dan diterima di Indonesia sebagai IBU, seorang ibu dekat dengan anak-anaknya, karena seorang ibu sungguh mengerti keperluan dan perasaan anak-anaknya. Pesan mengenai hal ini diberikan oleh ibu Maria pada tanggal 8 Juni 1997.Akhirnya tempat ziarah dengan Gua Maria itupun selesai dibangun pada akhir bulan September 1997, dan siap diresmikan. Umat mengadakan doa Triduum selama tiga hari berturut-turut dan mengarak arca Maria yang baru dalam prosesi meriah dengan obor-obor bernyala mendaki bukit Giriwoyo. Perayaan Ekaristi dalam Konselebrasi dipimpin oleh Mgr. Isak Doera, Pr. pembimbing rohani Kelompok Pelayanan Kasih dari Ibu Yang Bahagia bersama pastor paroki Baturetno, Pater Alex Dirjo, SJ dan Pastor paroki administratif Danan, Romo H. Brotosudarmo, SJ. dan dua orang pastor lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar