Jumat, 21 Oktober 2011

Gunung Pegat Wonogiri, obyek wisata dan mitosnya



Gunung Pegat terletak di desa Ngadiroyo, kecamatan Nguntoronadi, kabupaten Wonogiri. Lokasinya berupa gunung yang ditumbuhi pepohonan yang lebat yang bisa juga disebut hutan. Sehingga udara disekitarnya pun terasa begitu sejuk. Keindahan yang ditawarkan obyek wisata ini berupa pemandangan dari jauh waduk Wonogiri yang disertai hamparan sawah yang terlihat begitu indah. Dari jalan raya pun kita bisa menikmatinya. Di sebrang ada waduk yang menawan dan terlihat tulisan “Bendungan Serbaguna Wonogiri” puth dan kecil. Diantaranya ada hamparan sawah, kebun, hutan, rumah yang tersusun begitu indahnya. Untuk menikmatinya anda tidak perlu membayar apapun, cukup datang dan nikmati keindahannya gratis.


Sebuah Mitos dari Gunung Pegat
Gunung Pegat yang terletak di desa Ngadirayo, kecamatan Ngadirojo kabupaten Wonogiri ini, memang aneh dan terkenal sejak tahun 1980. Sejak pembangunan proyek bendungan raksasa Gajah Mungkur itu selesai. Menurut penduduk setempat proyek ini telah banyak memakan korban jiwa. Bahkan para pekerja itu yang menjadi tumbal waduk itu.
Walaupun banyak hambatan yang dialami, akhirnya proyek pembangunan waduk raksasa itu selesai juga. Namun, pembangunan itu berdampak buruk karena banyak areal persawahan yang terletak di sekitar waduk raksasa itu tergenang oleh air jika musim hujan tiba.
Akhirnya banyak penduduk setempat yang mengungsi ke desa tetangga untuk tinggal karena tempat tinggalnya mulai menjadi tempat genangan air bendungan. Makin lama airnya makin meninggi sehingga banyak jalan yang dialihkan ke daerah yang lebih tinggi. Salah satunya adalah jalan yang menghubungkan kota Wonogiri dengan Pacitan melewati kota Ngadirojo. Jalan ini dialihkan karena jalan yang lama menjadi tempat genangan waduk raksasa tersebut.
Pengalihan jalan yang paling sulit adalah jalan yang melewati menuju ke desa Ngadiroyo. Karena jalan ini harus menembus sebuah pegunungan kecil yang oleh penduduk setempat dinamakan pegunungan Ngadiroyo. Walaupun pegunungan ini dikramatkan, namun para kontraktor tersebut tidak ambil peduli dengan cerita-cerita miring tentang gunung tersebut. Maka mulailah pembuatan jalan tersebut.
Ketika proyek ini baru berjalan, banyak peristiwa aneh yang terjadi. Seperti misalnya, tiba-tiba semua mesin traktor mati dan para pekerja kesurupan. Agar proyek ini tetap berjalan, akhirnya diundanglah para ‘orang pintar’ yang bisa memindahkan atau mengusir mahluk halus yang sering mengganggu itu.
Akhirnya, pembangunan jalan tembus ini rampung juga. Karena jalan tembus itu dibuat dengan cara memisahkan dua gunung yang saling berhubungan maka penduduk setempat memberikan julukan Gunung Pegat yang artinya gunung cerai atau pisah.
Setelah pembangunan jalan itu selesai, banyak penduduk setempat yang melalui jalan itu. Bahkan jalan ini sempat dijadikan tempat untuk memadu kasih oleh pasangan muda. Anehnya, pada saat pasangan ini meninggalkan tempat itu, biasanya dalam perjalanan mereka terlihat pertengkaran mulut yang berakhir dengan perpisahan.
Hal ini juga terjadi pada pasangan pengantin baru yang melintasi daerah ini. Biasanya, pengantin baru ini akan terlibat bertengakar yang hebat dan berbuntut pada pemutusan tali pernikahan. Konon, semua ini terjadi karena sifat usil penunggu Gunung Pegat yang bernama Mbah Glondor. 
Penunggu gunung yang bernama Mbah Glondor ia paling tidak suka jika melihat ada pasangan yang baru saja menikah atau sedang terlihat asmara melintasi daerah kekuasaannya.
Hal ini dikarenakan ketika di alam dunia ia pernah merasakan patah hati karena cintanya ditolak oleh sang pujaan hati. Akibat rasa sakit hati yang begitu hebat, ia berjanji untuk menduda seumur hidup. Rupanya sakit hati terhadap wanita yang dicintainya dibawa sampai ke alam kubur. Karena rasa benci itu, arwah Mbah Glondor menjadi penghuni gunung Pegat yang selalu menggoda pasangan muda.
Sejak saat itu, masyarakat yang tinggal di sekitar gunung sangat takut melintasi jalan tersebut terlebih, mereka yang baru saja menikah. Bahkan, kepercayaan ini oleh penduduk seperti dijadikan tradisi. Yaitu melarang pasangan pengantin baru melintasi jalan di Gunung Pegat, untuk menjaga agar tidak ada kejadian buruk yang menimpa pasangan tersebut.
Terlepas benar atau tidak mitos dan tradisi Gunung Pegat ini, tergantung dari kita sebagai manusia. Kalau kita mempercayai hal itu karena takut akibat yang akan timbul, tentu ini bisa berakibat fatal pada diri kita sendiri. Iya.. nggak Keputusan untuk mempercayai memang ada pada Anda.

9 komentar:

  1. call me 081 332 666 462

    BalasHapus
  2. Blendung Ngadiroyo31 Maret 2014 pukul 02.21

    Desa ngadiroyo terletak di kecamatan Nguntoronadi Bukan Ngadirojo.

    BalasHapus
  3. Mas MEZZA, Mbah MUJAYADI kui sinten aku wong Ngadiroyo???Saya tidak kenal mohon konfirmasinya, infonya... sejelasnya...

    BalasHapus
  4. Please be careful to pass this way it 's a rather terrible place. I hope you ring the bell if you drive a car or motor cycle in order to be safety. Thanks.

    BalasHapus